Kertas UnCoated Vs Kertas Coated

Minggu, Mei 26, 2013 4 komentar



akhirnya dapet juga kutipan dari dosen kita nih sob.. eh iya Selamat Malam sobat grafika, bagaimana aktivitasnya? semoga setiap kegiatannya bermanfaat yak! oh iya kali ini kita mau membeberkan, mem-beber-kan.. iya, tentang kertas coated dan kertas uncoated.. Lho apa bedanya? kan sama-sama kertas!
Hmm.. begini sob, pernah melihat kertas Coated? dan kertas UnCoated? berbeda bukan? nah iya.. kita mau ngebahas perbedaannya nih sob, sekalian embel-embelnya juga, berbagi ga boleh setengah-setengah kan! hehehe
Nyok kita simak ulasan berikut

Pasti tahu dong kertas uncoated itu kaya gimana?? kita ambil aja salah satu contohnya yaitu kertas HVS. nah! langsung kebayang kertas uncoated itu seperti apa kan? Yap!! kertas yang engga ada lapisan luarnya~ ciri-ciri kertas uncoated adalah :
1. pada umumnya tidak mengkilap, sekalipun ada yang mengkilap itu hanya menggunakan bahan kimia OHB
2. pada umumnya digunakan sebagai kertas tulis atau kertas cetak dengan resolusi yang kecil
3. Permukaannya sedikit kasar (jika dibandingkan dengan kertas Coated)
4. Memiliki sisi Felt dan Wire yang dapat dibedakan
5. Pada umumnya menggunakan Gramatur 60-100gr/m2

beralih dari kertas Uncoated, kita lanjut ke kertas coated, mungkin udah banyak yang tahu jenisnya apa aja, tapiiii.. jarang ada yang tau dijual dimana kan? trus juga belum pada tahu merek yang biasa dijual di pasaran??
kita juga belum tahu, biasanya pesanan langsung ke pabrik atau supplier kertas, karena amat sangat jarang kertas Coated dijual satuan (karena biasanya harganya yang relatif lebih mahal, ex : glossy paper), lanjut ke ciri-ciri kertas coated :
1. pada umumnya mengkilap, tergantung tingkat mengkilap kertasnya. bila diurutkan dari yang biasa (matt paper, Art Paper hingga Glossy paper yang paling Mengkilap)
2. Memiliki lapisan tambahan (coatednya)
3. permukaannya sangat halus
4. biasanya digunakan pada cetakan-cetakan dengan resolusi tinggi yang menuntut kualitas yang terbaik
5. tidak bisa membedakan antara sisi felt dan wirenya
6. biasanya digunakan pada buku-buku cetakan anak, buku tahunan, buku premium yang menuntut kualitas
7. pada umumnya menggunakan gramatur 85-150gr/m2

nah udah kita beberkan tuh ciri-cirinya, namun masih kurang kompleks sob..
tenaaang.. kita akan memberikan perbandingan dan menjelaskan sebabnya secara detail dan mendalam, check this out!

1. Penggunaan tinta pada kertas uncoated lebih banyak ketimbang kertas coated jika menggunakan parameter spectrodensitometer (dengan nilai yang optimal)

Jawab : karena jika dilihat secara mikroskopis, penggunaan tinta yang banyak oleh kertas uncoated adalah untuk mengisi rongga pada pori-pori permukaan kertas uncoated, berbeda dengan kertas coated yang sudah terlapisi sehigga rongga pori-porinya lebih kecil atau bahkan tidak ada sama sekali

2. kertas coated menggunakan cetakan dengan resolusi lebih tinggi dibandingkan dengan kertas uncoated yang menggunakan resolusi lebih rendah

Jawab : kertas uncoated yang dicetak dengan image beresolusi tinggi tidak akan bisa mencapat ketajaman yang diinginkan, dikarenakan ketika tinta yang di transfer ke permukaan cetak, dengan cepat tinta akan menyerap ke pori-pori kertas uncoated, dan menimbulkan permasalahan dotgain (pembesaran raster) serta warna yang kurang pekat (karena sebagian tintanya sudah menyerap), berbeda dengan kertas coated yang terlapisi bahan pigmen dan bahan perekat sehingga kecil kemungkinan bagi tinta untuk menyerap, biasanya proses pengeringan hasil cetakan yang menggunakan kertas coated adalah dengan polimerisasi oksidasi.

3. kertas coated lebih mengkilap, apa penyebabnya dan bagaimana penjelasannya

Jawab : karena kertas coated terlapisi oleh lapisan pigmen yang diikat oleh bahan perekat (sizing) maka permukaan kertas akan semakin halus. sebab kertas coated mengkilap adalah karena pemantulan cahaya yang beraturan membuat mata kita melihat kilauan/pantulan cahaya tersebut dengan jelas, semakin halus (biasanya disebut dengan tingkat glossy) maka akan semakin sempurna pantulan cahayanya (semakin mengkilap)

4. kertas coated lebih tahan terhadap air ketimbang kertas uncoated

jawab : permukaan kertas coated sudah terlapisi oleh bahan pigmen dan bahan perekat (sizing), kemampuan dalam menahan zat cair ini (red. air) bukan semata-mata memang benar-benar tidak menyerap, hanya saja memperlambat penyerapannya saja, berarti ada kemungkinan terjadinya penyerapan? iya, namun membutuhkan waktu yang lebih lama ketimbang kertas uncoated

5. kertas uncoated tidak bisa menggunakan tinta UV, tinta UV hanya dikhususkan hanya untuk kertas coated

jawab : ini salah besar, karena tinta UV bisa digunakan pada semua jenis permukaan cetak sesuai kebutuhan, namun perlu digaris bawahi, selain memerlukan proses pengeringan yang khusus, penggunaan tinta UV juga dipengaruhi faktor ekonomis dan keselamatan, harga tinta UV yang cenderung mahal (ditambah keperluan alat pengeringnya) ada kemungkinan terjadinya keracunan tinta bila mengenai tangan, jikalau kita bisa menggunakan tinta biasa, kenapa harus menggunakan tinta UV?

demikian apa yang bisa kami sampaikan sob, nahhh mungkin ada pertanyaan dari sobat grafika mengenai kertas coated dan uncoated yang belum kami paparkan, kami persilahkan :)
see ya sob, selamat beraktifitas

Acuan Cetak Fleksografi

Sabtu, Mei 25, 2013 0 komentar




Salah satu teknik cetak tinggi yang menggunakan acuan dari karet yang dipasang pada silinder penekan dan barang yang akan dicetak berupa gulungan kertas, lembar alumunium, plastik dan lain-lain dikenal dengan nama flexography. Flexography adalah metode cetak tinggi yang menggunakan mesin cetak berputar (rotasi) dengan dilengkapi klise karet lentur (fleksibel) menggunakan tinta cepat menguap dan cepat mengering, yang kebanyakan diramu dengan dasar alkohol. Tinta cetak yang biasa digunakan pada mesin ini adalah tinta anilin, sehingga mesin cetak ini juga disebut mesin cetak anilin. Tinta aniline adalah cairan encer yang mengandung zat warna anilin dalam keadaan larut dan tidak membutuhkan distribusi. Mesin cetak anilin kebanyakan terdiri dari penyangga rol sederhana, satu unit cetak atau lebih dan alat pengeluaran. Mesin cetak anilin adalah mesin-mesin bersilinder dan mempergunakan penyalur kertas. Pada kebanyakan jalur kertas yang telah dicetak lalu digulung lagi. Acuan cetak anilin pada umumnya berupa blok-blok karet seperti stempel karet, yang dibungkuskan pada silinder dan silinder cetak ini berputar mengenai silinder penekan dan di antara kedua silinder itu kertas yang akan dicetak dilintaskan.


Pada gambar 6.2. diperlihatkan skema gambar mesin fleksografi, dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Bak tinta
B. Cairan tinta yang encer 
C. Rol tinta yang terbuat dari logam atau logam dibungkus karet, rol ini bertugas mengambil tinta dan diteruskan ke rol penghantar (D)
D. Rol penghantar
E. Silinder Acuan
F. Acuan
G. Silinder Tekan









Sumber : E-Book Teknik Grafika dan Industri Grafika Antonius Bowo Wasono Jilid 2

Tinta Cetak fleksografi

0 komentar


Nah, mungkin banyak yang udah tau tinta-tinta cetak offset ataupun sablon, hmm.. kali ini kita bakalan sharing tentang tinta cetak fleksografi nih sobat grafika, dikutip dari E-Booknya kang Antonius Bowo nih sob, langsung saja, check this out!!




tinta cetak fleksografi menggunakan tinta khusus yang encer, yaitu tinta anilin yang cepat kering sesaat setelah menempel pada bahan cetak. Sehingga cocok untuk mencetak berbagai jenis bahan cetak. Pada cetak fleksografi, tinta cetak sangat beragam, karena cetak fleksografi terdapat banyak variabel. Satu jenis tinta tidak mungkin dapat memenuhi semua karakteristik dan aplikasi yang berbeda-beda.

Untuk mencetak yang memerlukan hasil cetakan yang high gloss dengan cetakan yang memerlukan hasil cetak yang matt, tidak mungkin dihasilkan oleh satu jenis tinta, karena karakteristiknya berbeda. Tinta yang sesuai untuk satu jenis pekerjaan dihasilkan melalui kerjasama antara pencetak dan pembuat tinta dalam mengevaluasi berbagai kemungkinan yang terjadi. Untuk memilih tinta yang tepat, perlu dikenali beragai variabel yang dapat ditemui pada
saat pencetakan seperti variasi dari bahan yang dicetak, jenis pelarut tinta yang diinginkan apakah berlandaskan air atau berlandaskan solvent, pigmen yang digunakan, jenis cetakan apakah cetakan permukaan (surface printing) atau cetak laminasi, warna spot/line job atau warna proses dan berbagai variabel lainnya. Seperti telah diketahui, industry kemasan menggunakan beragam bahan yang akan dicetak seperti; kertas, board, film fleksibel, foil dan film metallized. Bahan-bahan tersebut datang dalam berbagai variasi, seperti film fleksibel dapat berbentuk polyethylene, polypropylene, polyester, nylon, cellophane dan coextruded film. Karakteristik dan jenis bahan tersebut tidaka sama, sehingga dalam penentuan tinta juga bisa tidak sama. Pemilihan tinta yang akan digunakan dapat dimulai dari jenis bahan yang akan dicetak, kemudian meminta rekomendasi dari pabrik tinta. Bila tipe cetakan dianggap memiliki keunikan tersendiri, ada baiknya dilakukan percobaan terlebih dahulu sebelum tinta tersebut digunakan untuk produksi.
Ada perbedaan formula antara tinta yang digunakan untuk tujuan cetak permukaan (surface printing) dengan tinta untuk tujuan cetak laminasi. Masalah utama yang akan timbul bila tinta jenis surface (surface print ink) digunakan sebagai tinta laminasi (lamination ink) terletak pada daya rekatnya (bong strenght) yang rendah. disamping itu untuk mencegah terjadinya blocking, tinta jenis surface diberi tambahan lilin (waxes), yang akan semakin mengurangi daya rekat dari tinta tersebut.
Pemakaian tinta jenis laminasi untuk pencetakan permukaan cenderung menimbulkan blocking dan menurunnya kilap (gloss) dari cetakan. Tinta laminasi tidak memerlukan gloss, karena gloss akan diperoleh dari bahan yang akan dicetak. Untuk mencetak jenis cetakan solid (line printing)
menggunakan warna spot, dan pencetakan dilaksanakan dengan memberikan lapisan yang lebih tebal disbanding cetakan menggunakan tinta proses (cyan, magenta, yellow dan black) yang lebih tipis. Perbedaan ketebalan menyebabkan formulasi dari kedua jenis tinta tersebut tidak sepenuhnya sama. Untuk menghasilkan cetakan yang lebih bersih, tinta proses umumnya dikeringkan dengan cara yang lebih lambat, dibanding tinta surface. Dalam memilih tinta, hendaknya mempertimbangkan pula kegunaan akhir dari pr oduk yang dicetak. Sebagai contoh,
label untuk kemasan anti beku (freeze resistant), haruslah tahan terhadap larutan atau bahan pembeku, agar tintanya tidak rontok bila kemasan tersebut dimasukkan ke dalam ruang pembeku.
Pada cetak fleksografi, terdapat tiga tipe tinta yang umumnya digunakan, yaitu tinta berbasis air, tinta berbasis solven, dan tinta UV. Tinta UV mengering (cure) karena bereaksi dengan sinar ultra violet. Sebagian dari tinta berbasis air sama sekali tidak mengandung solven sehingga emisi yang dibuang ke udara amat kecil. Faktor ini kini semakin penting sejalan dengan semakin ketatnya undang-undang pencemaran udara, terutama bagi pencetakan rotogravure konvensional yang masih menggunakan tinta berbasis solven. Berdasarkan kenyataan tersebut, dewasa ini semakin banyak percetakan beralih pada tinta berbasis air, walau penggunaan tinta ini mensyaratkan penggunaan teknik yang tepat dalam mengoptimalkan performance dari mesin cetak yang digunakan. Mengoptimalkan performance dari mesin cetak berarti mencetak dengan kecepatan tinggi, cetakan yang bersih, penge ingan dan pembersihan yang singkat, warna yang kuat, serta penanganan tinta secara minimal. Jenis tinta berbasis air kini tersedia untuk hamper semua bahan, termasuk bahan yang tidak berpori, sehingga hanya sedikit sekali jenis cetakan yang tidak dapat memanfaatkannya. Untuk memenuhi persyaratan kecepatan mesin tersebut, saat ini telah diciptakan mesin fleksografi yang mencapai kecepatan hingga 600 mpm (untuk web web) dan hingga 150 mpm untuk narrow web dengan resolusi cetak hingga 175 (dengan digital printing).

Mesin flexo wide web saat ini menggunakan teknologi central imprssion sehingga material yang melar dapat dikerjakan dengan baik. Contoh PE untuk popok bayi, softex, tissue dan kemasan schrink wrap

Kenalan ama Fleksografi, yuk!!

4 komentar


hey hoo.. morning sobat grafika
dipagi hari yang cerah ini, kita patut bersyukur ya sob sudah diberi kehidupan lagi oleh yang maha kuasa. Nah, selagi diberikan nikmat, jangan lupa untuk selalu bersyukur ya dan juga berikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain. ngomong-ngomong tentang manfaat, kita dari iwowcrew mau ngasih info nih, tentang cetak flexografi yang bisa dikatakan sangat jarang sekali ditemukan di web atau blog yang berbahasa indonesia.
tentu sobat penasaran kan? okeh, kita akan ngasih tau apa sih itu flexografi, walaupun tidak terlalu detail, tapi semoga cukup memberikan wawasan kepada sobat-sobat grafika yah, simak sob :)

Fleksografi/Flexografi


mungkin sebelumnya sobat pernah denger istilah flexografi yah, kalo dipikir-pikir flexo itu sarat dengan istilah fleksibel dan grafi sarat dengan istilah grafika atau cetak, jadi bisa dibilang flexografi adalah teknik cetak yang menggunakan acuan yang fleksibel, pertanyaannya kenapa menggunakan acuan yang fleksibel? ini sedikit melangkah kepada permukaan cetak yang menjadi target cetak si fleksografi. beberapa bahan cetak yang dicetak oleh flexografi bermacam-macam, salah satunya adalah kemasan, kemasan sendiri bermacam-macam, kita ambil contoh disini adalah KARTON BERGELOMBANG atau yang biasa kita kenal dengan kardus kemasan, ada juga yang dicetak diatas plastic sob.. sekarang lagi booming-boomingnya masalah packaging dan tentunya hal ini memberikan dampak positif buat fleksografi kedepannya. Nah dikutip dari E-Booknya kang Antonius Bowo Wasono

Cetak fleksografi adalah sistem cetak yang bentuk acuan cetaknya sama dengan acuan cetak tinggi, tetapi terbuat dari karet dan bahan tiruan lain; tinta yang digunakan cair, umumnya untuk mencetak kemasan/packaging, karton gelombang, (corrugated board), karton dan film plastik. Pengertian lain cetak fleksografi adalah cetak anilin, yaitu suatu cara untuk mencetak kertas-kertas pembungkus (kemasan) dengan mesin rotasi yang acuannya dibuat dari bahan yang kenyal (elastis/fleksibel).
Cetak fleksografi pertama kali digunakan sekitar tahun 1800 di Inggris. Cetak fleksografi mengalami 3 kali perubahan nama yaitu Anilin Printing, Rubber Printing, dan Flexography. Dikatakan Anilin Printing karena tinta yang digunakan adalah tinta khusus yang encer, yaitu tinta anilin. Acuan yang digunakan berasal dari bahan karet yang kenyal, sehingga dikatakan Rubber Printing. Sedangkan pemakaian nama Flexography karena acuan yang digunakan fleksibel terbuat dari karet atau photopolymer sehingga dapat menyesuaikan bentuk silinder plat yang bulat. Karena pemanfaatannya lebih berat ke industri kemasan dan bukan ke industri penerbitan seperti halnya cetak offset, perkembangan dan kemajuan yang terjadi pada teknologi cetak fleksografi menjadi jarang terdengar. Dalam kenyataannya variasi mesin yang memanfaatkan teknologi ini jauh melampaui variasi mesin cetak offset atau rotogravure. Mesin fleksografi diciptakan dalam berbagai ukuran dan model, mulai dari ukuran mini yang dapat dipindah-pindah hingga ukuran yang besar dengan lebar beberapa meter. Mesin ini dapat dimanfaatkan untuk mencetak hampir semua jenis material, mulai dari semua jenis kertas, plastik, kantong semen, hingga karton bergelombang. Disamping itu, cetak fleksografi juga menarik karena tintanya yang cepat mengering sehingga peningkatan produksi dapat dijangkau. 
Pada awalnya kualitas hasil cetak fleksografi memang lebih rendah jika dibandingkan kualitas hasil cetak offset. Resolusi cetak fleksografi juga lebih rendah (48 garis/cm, 120 lpi jika menggunakan metode produksi konvensional), dibandingkan dengan cetak offset yang mempunyai standar resolusi 60 s.d. 120 garis/cm (150 s.d. 300 lpi). Walau bagaimanapun, jika menggunakan pelat cetak modern, terutama yang diproduksi menggunakan sistem computer to plate image, dapat menghasilkan kualitas cetak yang lebih baik. Cetakan yang mempunyai resolusi 60 garis/cm sampai dengan 120 garis/cm dapat diproduksi. Penggunaan pelat cetak tipe terbaru yang mudah beradaptasi terhadap tinta dan tekanan cetak selalu dikembangkan, terutama yang berkenaan dengan unit penintaan, suatu keharusan untuk meningkatkan kualitas hasil cetak fleksografi. Penggunaan mesin cetak fleksografi mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia percetakan. Di akhir tahun 70'an fleksografi hanya memiliki share 10 % dengan pertumbuhan per tahun 4 % ( offset 52 %, rotogravure 28 %) namun di tahun 2006an fleksografi memiliki share 28 % ( offset turun menjadi 45 % dan rotogravure turun menjadi 20 %) dengan pertumbuhan per tahun tetap 4 %. Diperkirakan 5 tahun yang akan datang fleksografi akan memiliki share 33 %, sedangkan cetak offset turun menjadi 35 % dan rotogravure menjadi 15 %.

 
iWowCrew © 2011 | Designed by Interline Cruises, in collaboration with Interline Discounts, Travel Tips and Movie Tickets